Situs menarik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit ditemukan melalui penelitian yang luas dan panjang. Penelitian pertama di Situs Trowulan dilakukan oleh Wardenaar pada tahun 1815. Ditugaskan oleh Sir Raffles, Wardenaar membuat catatan peninggalan arkeologi di wilayah Mojokerto dan karyanya dikutip dalam buku Raffles "History of Java" (1817) yang terkena berbagai benda purbakala yang ditemukan di Trowulan dari Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1849, sebuah tim arkeolog, WR van Hovell, JVG Brumund, dan Jonathan Rigg menerbitkan penelitian mereka dalam "Jurnal Kepulauan India dan Asia Timur". Buku lain pada temuan Trowulan berjudul "Toelichting atas den Ouden Pilaar van Majapahit" ditulis oleh J. Hageman tahun 1858. Kemudian, R.D.M. Verbeek membuat situs kunjungan ke Trowulan dan mengeluarkan laporan dalam sebuah artikel berjudul "Oudheden van Majapahit tahun 1815 en 1887", diterbitkan dalam TBG XXXIII tahun 1889. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh R.A.A. Kromodjojo Adinegoro Bupati (Kepala) Kabupaten Mojokerto (1849-1916) yang memiliki perhatian besar pada Warisan Arkeologi di Trowulan. Dia digali sistem air tua yang bernama "Tikus" Temple atau Kuil Mouse dan Adinegoro juga memprakarsai pembentukan Museum Mojokerto yang menyimpan artefak arkeologi dari Kerajaan Majapahit. Sementara itu, J. Knebel, anggota Comissie voor Oudheidkundig Orderzoek op Java en Madura pada tahun 1907 mendokumentasikan warisan arkeologi Trowulan. Sarjana lain, NJ Krom, terakhir warisan dari Kerajaan Majapahit di Trowulan dalam bukunya Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst (1923).
Penelitian
lebih intensif dilakukan pada pembentukan Oudheidkundige Vereeneging
Majapahit (OVM) pada tahun 1924 yang diprakarsai oleh RAA Kromodjojo Adinegoro bekerja sama dengan seorang Belanda dengan nama Ir. Henry Maclaine Pont dengan kantor di Trowulan. Kantor ini ditetapkan sebagai museum rumah dan pameran benda-benda peninggalan dari era Majapahit. Antara
1921-1924, Maclaine Pont memimpin penggalian di Trowulan untuk
memverifikasi data dari naskah Nagarakartagama dan memberikan sketsa
rekonstruksi awal kota Majapahit di Trowulan.
Stutterheim
yang melakukan penelitian pada struktur ibukota Kerajaan Majapahit juga
menggunakan naskah Nagarakartagama pupuh VIII - XII sebagai acuan utama
dan menyimpulkan bahwa perencanaan kota Istana Majapahit analog dengan
bahwa dari Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Studi
lebih lanjut menunjukkan bahwa konstruksi di kompleks istana menyerupai
desain dari senyawa Bali istana (Stutterheim, 1948).Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Pusat Nasional untuk Arkeologi Penelitian (Puslit Arkenas) pada tahun 1970 hingga 1993. Pusat
Penelitian terus mencari lebih banyak bukti dari kota tua melalui
penggalian arkeologi dengan menggunakan petunjuk (nama tempat) ditemukan
dalam naskah Nagarakartagama sebagai referensi atau berdasarkan temuan
baru yang ditemukan oleh masyarakat setempat. Penelitian
pada saat itu menerapkan strategi sporadis dan ditemukan bahwa Situs
Trowulan merupakan akumulasi dari berbagai artefak tidak hanya
menunjukkan bukti pemukiman manusia, tetapi juga situs lain yang
digunakan untuk kegiatan upacara, ritual, suaka, kegiatan industri,
rumah potong hewan, penguburan , sawah, pasar, saluran air dan waduk. Situs-situs membagi kota menjadi daerah yang lebih kecil yang dihubungkan oleh sistem jalan. Namun,
hasil dari penelitian ini belum mampu memberikan potret lengkap dari
seluruh kota Majapahit seperti yang digambarkan oleh Prapanca dalam
menulis sastra di Nagarakartagama.
Sebuah
pemahaman yang lebih komprehensif dari Situs Trowulan diakuisisi
melalui foto udara dari situs yang diambil oleh Tim Geografi Universitas
Gadjah Mada menunjukkan bahwa Situs Trowulan adalah sebuah kota yang
memiliki sistem kanal. Sejak
1926, berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa Situs Trowulan
memiliki 18 bendungan besar dan kecil yang terhubung ke sistem irigasi
dengan saluran lebar dan sempit. Dari
tampilan udara dari kota tua Majapahit, dapat diamati bahwa kanal air
kuno simetris dibangun dan tampaknya telah membentuk kota.Tahun
demi tahun, kegiatan penelitian dan pelestarian lebih dilakukan di
Situs Trowulan tidak hanya oleh Pusat Pelestarian Warisan Budaya Jawa
Timur, yang bertanggung jawab untuk melestarikan situs, tetapi juga oleh
lembaga lain dan akademisi yang memiliki perhatian terhadap warisan Kerajaan Majapahit mulia di Situs Trowulan. Seperti
waktu berjalan, banyak situs bangunan dan sisa-sisa pemukiman manusia
telah digali, dipulihkan, dipelihara dan dimanfaatkan seperti Candi
Tikus (Candi Tikus), Gateway of Bajangratu, Baru Temple, Gentong Temple,
Gateway Wringinlawang, Kedaton Temple, dan Penyelesaian Sentonorejo.
Ribuan artefak dari Situs Trowulan telah ditemukan dan dilestarikan. Sebagian
besar dari artefak ini ditemukan oleh para ahli dan yang ditemukan oleh
masyarakat setempat diselenggarakan di Pusat Informasi Majapahit atau
dikenal sebagai Pusat Informasi Majapahit (PIM). Artefak Majapahit diklasifikasikan berdasarkan substansi materi artefak:a. Terracotta
Artefak (terbuat dari gerabah tanah liat) terdiri dari: 1) Patung /
Patung atau patung manusia (menampilkan ras yang berbeda seperti Cina,
India, Arab), 2) Peralatan Rumah Tangga seperti botol air, bak air,
piggy-bank; 3) alat
produksi, antara lain: cetakan patung, kowi (cetakan logam yang baik,
terbuat dari tanah liat), dan 4) Elemen bangunan dan perumahan seperti
miniatur rumah, pilar sebagai maquette, genteng, puncak, pipa air, dan
jaladwara ( saluran air candi).
b. Artefak keramik (terbuat dari keramik) seperti piring, mangkuk, vas, sendok baik buatan lokal atau dari asal asing.c. Logam
artefak (terbuat dari logam) antara lain: koin baik buatan lokal dan
dari asal-usul asing, alat yang digunakan untuk upacara-upacara seperti
lonceng, cermin, zodiak baker, membakar dupa.d. Artefak batu (terbuat dari andesit atau tuff) seperti keringanan, patung-patung dan tablet batu.Menganalisis
berbagai artefak, banyak peneliti kemudian mempelajari lebih lanjut
peradaban era Majapahit, yang berhubungan dengan berbagai aspek seperti
sistem ekonomi, agama, sastra, teknologi, seni, hukum, pertanian dan
lingkungan. Hasil
dari studi dan penelitian mendalam ini telah memperkaya kekayaan
pengetahuan tentang temuan Kerajaan Majapahit dan telah memungkinkan
para ahli untuk merekonstruksi peradaban waktu itu.
Berdasarkan
temuan warisan tersebar baik dalam bentuk sisa-sisa bangunan kuno dan
permukiman manusia serta artefak individu, Nurhadi Rangkuti kemudian
mengusulkan hipotesis bahwa daerah ibukota Majapahit di Trowulan seluas 9
x 11 persegi km. Hipotesis ini berlaku analogi pola kota di era Mataram Islam yang menunjuk masjid sebagai tengara untuk perbatasan kerajaan. Dengan
asumsi bahwa budaya adalah proses difusi lanjutan, kota Kerajaan
Majapahit harus telah didasarkan pada sebuah kota perencanaan konsep
yang mungkin mirip dengan Kerajaan Mataram.
Hasil
dari penelitian ini luas di The Trowulan Site jelas menunjukkan bahwa
Situs Trowulan adalah lokasi sisa-sisa ibu kota Kerajaan Majapahit
selama lebih dari 200 tahun antara 13 - abad ke-15, dan situs ini
dihargai sebagai bagian penting dari perjalanan sejarah dan budaya Indonesia peradaban.
Pembenaran Nilai Universal Istimewa
(I) Merupakan sebuah karya jenius kreatif manusiaArtefak beragam yang mendukung Situs Trowulan sebagai ibu kota Kerajaan Majapahit dapat diamati hingga saat ini. Sisa-sisa
arkeologi dan ribuan artefak yang ditemukan di The Trowulan Situs
indikasi kuat bahwa Trowulan adalah sebuah kota modern pada saat itu.Dari
bukti-bukti arkeologi yang ditemukan di situs tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ibu kota Kerajaan Majapahit di Situs Trowulan dibangun
melalui proses musyawarah dan dilakukan dengan perencanaan yang
menyeluruh dengan arsitektur rinci dan modern yang mempromosikan
kearifan lokal dalam merawat lingkungan. Ini memberikan bukti akumulasi pengetahuan dan ide-ide dari peradaban canggih nenek moyang Indonesia pada abad 12 dan 14.
Beberapa ahli mempelajari Situs Trowulan untuk menafsirkan berbagai kemungkinan alasan untuk memilih daerah ini sebagai ibu kota bagi Kerajaan Majapahit di masa lalu. Berikut ini adalah beberapa pertimbangan:
a. Wilayah ini merupakan daerah yang sangat subur karena ada sedimen kuartal vulkanik yang mengandung pasir atau kerikil pyroc clastica. Bahan-bahan ini berasal dari gunung berapi di bagian selatan dari daerah yang dikenal sebagai Kompleks Arjuna terdiri dari pegunungan vulkanik Anjasmoro, Welirang, dan Penanggunangan. Gunung Anjasmoro adalah gunung berapi tertua di daerah itu telah bergeser. Menjadi tidak stabil, batuan gunung bisa bergerak. Batuan ini bergerak menjadi aliran lumpur vulkanik ketika hujan melanda daerah tersebut dan berkembang menjadi berbentuk kipas fluvio sedimen vulkanik. Dari analisis ini, dapat disimpulkan bahwa daerah Trowulan berada di ujung kipas vulkanik fluvio. Selanjutnya, didukung oleh aliran sungai dari Sungai Ginting dan Sungai Brangkal dan memiliki topografi datar yang kaya dengan fluvio sedimen vulkanik, daerah ini menyediakan sumber daya yang stabil dan subur untuk mempertahankan kehidupan rakyat.
b. Setelah
dekat dengan gudang air Sungai Brantas dan sungai kecil lainnya,
wilayah Trowulan memiliki akses mudah dengan daerah lain.
c. Kanal-kanal yang dibangun secara sistematis yang membelah kota Majapahit adalah hasil dari musyawarah bijaksana dan peradaban maju menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa iklim di bahwa usia di daerah Trowulan dan sekitarnya belum berubah secara signifikan dibandingkan dengan iklim hujan tropis saat ini yang dikategorikan sebagai tipe AW. Menurut Koppen, di bawah jenis iklim, curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan hujan tidak dapat mengimbangi curah hujan rendah di musim kemarau. (Sutikno, 1993). Pada kondisi ini, wilayah Trowulan dan sekitarnya mungkin mengalami 4 sampai 6 bulan kekeringan dalam setahun. Meskipun memiliki dua sungai - Gunting Sungai dan Brangkal Sungai, di musim kemarau volume kedua sungai dapat menyusut dan sebaliknya terjadi pada musim penghujan. Banjir dapat terjadi dan mengembangkan fluvio vulkanik fan (Sutikno, 1993). Oleh karena itu, angsuran sistem kanal tentu dibenarkan.
Dengan 20 sampai 40 kanal melintasi wilayah Majapahit meter-lebar, kota ini dirancang di bawah pola terorganisir dengan bangunan terletak di bagian-bagian tertentu dari kota.Memiliki sebuah kota yang terencana, Majapahit jelas merupakan pusat bagi pemerintah. Jaringan kanal di Situs Trowulan silang-menyilang kota hampir tegak lurus. Rupanya kota Majapahit dikembangkan berdasarkan pola papan catur yang dibentuk oleh kanal yang relatif lurus dan tegak lurus membentang dari utara ke selatan dan dari barat ke timur. Jalannya kanal itu belum tentu sejajar dengan sumbu magnetik utara-selatan bumi. Kanal-kanal yang sedikit bergeser -100 ke kanan, searah jarum jam di kuadran Cartesian. Tampak bahwa kanal yang disesuaikan dengan kondisi geografis. Dilihat dari jarak grid kanal di peta, di bagian barat, kanal utara-selatan yang terletak relatif dekat satu sama lain dibandingkan dengan mereka yang dibangun di bagian timur. Hal ini menunjukkan bahwa di zona di mana kanal yang relatif dekat, daerah ini termanfaatkan untuk penyelesaian, pusat kota dan istana raja. Sementara itu, kanal-kanal timur-barat yang dibangun lurus dan berpotongan bagian tengah sistem kanal memberikan bukti bahwa ada link untuk kegiatan sosial budaya yang menghubungkan bagian timur, barat, utara dan bagian selatan ke bagian tengah kota. Kanal-kanal juga terkait dengan jaringan jalan yang dibangun sejajar dengan kanal baik pada satu atau kedua sisi kanal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem saluran dan bangunan air yang dibangun di era Majapahit menjabat sebagai sarana irigasi untuk pertanian dan digunakan untuk menyalurkan air ke dalam waduk. Trowulan memiliki lima waduk yakni Dam Baureno, Kumitir Dam, Domas Dam, Temon Dam, Kraton Dam dan Kedung Wulan Dam. Selain bendungan tersebut, Trowulan memiliki tiga kolam buatan manusia diposisikan erat, yaitu Bunder Balong, Balong Dowo, dan kolam Segaran. Bendungan-bendungan berfungsi sebagai reservoir air, untuk mengendalikan banjir, dan mengelola kelembaban daerah.
d. Sebagai sebuah kota, Situs Trowulan memegang berbagai warisan budaya dari berbagai aspek kehidupan-baik sakral dan profan-yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Arsitektur dan patung relief pada struktur warisan di Trowulan Site menampilkan keahlian dari para arsitek dan pengrajin dalam mengintegrasikan budaya eksotis dengan budaya lokal.
(V) Jadilah contoh yang luar biasa dari jenis bangunan, ansambel arsitektur atau teknologi atau lanskap yang menggambarkan tahapan penting dalam pemukiman manusia tradisional, penggunaan lahan, atau budaya laut yang menunjukkan interaksi budaya (atau budaya), atau interaksi manusia dengan alam, terutama ketika telah menjadi rentan di bawah dampak perubahan ireversibel;
Di masa lalu, sejarawan dan ahli kajian budaya hanya meneliti struktur kuno era Hindu-Buddha di Indonesia. Arkeolog dan arsitek cenderung berfokus pada bangunan sakral umumnya dikenal sebagai candi. Sementara itu, hanya sedikit perhatian telah diberikan untuk mempelajari struktur non-kuil seperti pemukiman manusia, karena tidak ada struktur lengkap pemukiman manusia yang pernah ditemukan. Sebagai soal fakta, dari beberapa penelitian, hal itu menunjukkan bahwa tidak jauh dari kuil-kuil, ada jejak pemukiman manusia di sekitar kompleks struktur candi yang telah diidentifikasi. Mundardjito et al telah menemukan sisa-sisa pemukiman ke arah selatan dari Bawongan Temple pada tahun 1976, dan menemukan sebuah situs pemukiman di sekitar kompleks Candi Borobudur, yang terletak di lapangan atas dan sebuah pemukiman di selatan dan barat daya candi dataran rendah Borobudur Candi di tahun 1970-s. Mencermati temuan ini, Boechari dalam artikelnya yang berjudul "Temples dan Lingkungan", mengusulkan hipotesis bahwa candi sebagai tempat ibadah tidak berdiri sendiri. Seiring dengan candi ini yang berfungsi sebagai pusat ritual, ada permukiman bagi masyarakat setempat, para imam dan pengurus kuil-kuil (Boechari, 1977).
Selain
permukiman kuno dalam kedekatan candi, Indonesia memiliki sebuah situs
arkeologi yang jelas menampilkan sisa-sisa pemukiman manusia dalam skala
kota-Trowulan Situs di Mojokerto, Jawa Timur. Memiliki
cakupan luas tersebut, Trowulan situs rumah kekayaan warisan dalam
bentuk candi, gateway, struktur air, waduk, sistem kanal, elemen
konstruksi, ribuan terakota dan alat keramik yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga. Di antara temuan ini, ada banyak situs sisa-sisa pemukiman manusia yang juga mengungkapkan. Menurut
Soekmono, dari banyak kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yang ada
sebelum Kerajaan Islam (sebelum 1500 M), hanya Kerajaan Majapahit (14
sampai abad ke-16 AD) telah memberikan peninggalan pemukiman manusia di
Situs Trowulan. Menghasilkan warisan yang kaya seperti itu, situs Trowulan dianggap oleh banyak ahli sebagai sangat penting dan langka. Satements keaslian dan / atau integritas.
Trowulan Situs memiliki banyak nilai yang signifikan sebagai berikut:1. Trowulan Site memiliki nilai ilmiah yang sangat diperlukan sebagai sumber analogi untuk mempelajari masa lalu.Kota
Majapahit adalah salah satu contoh pemukiman kota klasik di Indonesia
yang berfungsi sebagai patokan untuk mempelajari kota-kota kuno lainnya
di Asia Tenggara dan kota-kota lebih kuno di Indonesia (Mataram Kuno)
dalam hal perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan dan lainnya aspek.2. Trowulan Situs memiliki nilai relatif dan teknis.Unsur-unsur
utama dari penyelesaian kota Majapahit seperti kolam Segaran,
kanal-kanal merupakan bukti bahwa tehre adalah pemahaman yang signifikan
teknologi hidrolik dan nilai seni yang tinggi dalam hal konsep, teknik
dan metode yang sudah diakuisisi oleh nenek moyang bangsa Indonesia di
masa lalu .3. Trowulan Site memiliki identitas yang kuat serta nilai-nilai sosialPenyelesaian
di kota Majapahit berkaitan erat dengan sebuah kontinum permukiman
tradisional dari budaya Bali dalam usia lanjut, di mana kedua pemukiman
menunjukkan cara agraria adat kehidupan masyarakat Indonesia.4. Trowulan Situs memiliki nilai pendidikan.Penyelesaian
kota Majapahit memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut
sebagai media pendidikan bagi generasi sekarang dan masa depan. Ini
mungkin berfungsi sebagai sarana untuk meneruskan nilai-nilai kearifan
lokal yang mencerminkan tradisi untuk memahami dan menyeimbangkan budaya
dengan konservasi alam.
Mengagumkan, ternyata wilayah Majapahit lebih luas dari yang
diperkirakan selama ini oleh sejarawan. Riset terbaru tentang penempatan
prajurit Majapahit di luar Jawa menemui fakta yang menakjubkan.
Uniknya, pleton pleton kawal Majapahit beranggotakan prajurit beragama
Islam. Peninggalannya pun masih bisa dibuktikan hingga sekarang.
Adanya penempatan prajurit Majapahit di Kerajaan Vasal (bawahan) yang terdiri dari 40 prajurit elite beragama Islam di Kerajaan Gelgel-Bali, Wanin Papua, Kayu Jawa Australia Barat, dan Marege-Tanah Amhem (Darwin) Australia Utara pada abad ke 14 memperkuat bukti bahwa Gajah Mada adalah seorang Muslim.
Prajurit Islam ini berasal dari basis Gajah Mada dalam merekrut prajurit elite yang terdiri dari 3 (tiga) kriteria:
Mada, Gondang ( Tenggulun Lamongan ) dan Badander (Jombang) yang diketahui sebagai basis teman teman lama beliau. Dari desa desa ini pemudanya direkrut menjadi Bhayangkara angkatan II dan seterusnya.
Tuban, Leran, Ampel, Sedayu sebagai basis Garda Pantura. Pahang Malaya, Bugis Makasar, dan Pasai sebagai basis tentara Laut Luar Jawa.
Pada masa itu di Jawa Islam telah berbaur sejak abad ke 10 yang dibuktikan dengan penemuan Prasasti nisan Fatimah binti Maimun (wafat 1082 M) di Leran, Gresik yang bertuliskan huruf Arab Kufi. Dan Prasasti Gondang - Lamongan yang ditulis dengan huruf Arab (Jawi) dan huruf Jawa Kuno (Kawi).
Keduanya merupakan peninggalan zaman Airlangga. Sedangkan orang Islam sudah masuk ke Jawa sejak zaman Kerajaan Medang abad ke 7. Islam baru berkembang dengan pesat di Jawa pada abad ke 15, atas peran tak langsung dari politik Gajah Mada, putra desa Mada Lamongan, politikus abad ke 14.
Satuan tentara elite Majapahit sudah dibangun sejak masa Jayanegara (1319), yaitu pasukan kawal raja Bhayangkara, yang dipimpin oleh bekel Gajah Mada. Pada masa selanjutnya satuan elite terus berkembang, terutama pada masa Gajah Mada menjabat sebagai mahapatih amangkubhumi dari tahun 1334 sampai 1359, sejak masa Tribhuwana Tunggadewi hingga masa Hayam Wuruk. Menurut “Hikayat Raja-raja Pasai”, ketika Majapahit menyerang Pasai, dan dipukul mundur (1345), lalu menyerang kembali dan meluluh lantakan istana Sultan Ahmad Malik Az Zahir (1350), Gajah Mada yang juga seorang muslim, membawa tawanan orang Pasai yang terdiri dari para ahli, insinyur lulusan Baghdad, Damaskus dan Andalusia. Sedangkan Sultan Pasai melarikan diri dari istana. Setibanya di Majapahit, Gajah Mada membebaskan tawanan tersebut setelah bernegosiasi dengan Prabu Hayam Wuruk.
Kemudian orang Pasai ini bekerjasama dengan Gajah Mada untuk membangun kejayaan Majapahit. Sebagai balas jasa, Majapahit memberi otonomi kepada Kerajaan Pasai Darussalam, dan menempatkan orang Pasai di komplek elite di ibukota Majapahit Trowulan. Hal ini dibuktikan, pada 1377 Majapahit menghancurkan Kerajaan Budha Sriwijaya dan menguasai seluruh Pulau Sumatera, kecuali Pasai.
“Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu” (Kutipan dari “Hikayat Raja-raja Pasai”).
Dengan adanya orang Pasai yang ahli dalam bidang tempa logam, baik itu baja maupun emas, maka didirikanlah bengkel senjata dan alat pertanian yang sempurna (standar baja Damaskus) , saluran irigasi model Andalusia di Trowulan dan pabrik koin dinar emas Majapahit. Seiring dengan perluasan wilayah Majapahit untuk mewujudkan “Sumpah Palapa”, Gajah Mada membentuk pleton-pleton khusus yang didominasi oleh prajurit Islam.
Prajurit Islam Majapahit di Bali
Penempatan 40 orang prajurit Islam Majapahit di Kerajaan Gelgel – Klungkung, Bali dimulai ketika Raja Gelgel I, Dalem Ketut Ngulesir (1320 – 1400) berkunjung sowan abdi ke Trowulan, tak lama setelah deklarasi pendirian Kerajaan Gelgel tahun 1383. Beliau didampingi oleh Patih Agung, Arya Patandakan dan Kyai Klapodyana (Gusti Kubon Tubuh) yang menghadap Prabu Hayam Wuruk saat upacara Cradha dan rapat tahunan negeri-negeri vasal imperium Majapahit. Ketut Ngulesir memohon dukungan dari Maharaja Majapahit, yang dikabulkan dengan pemberian 1 (satu) unit pleton khusus binaan Almarhum Gajah Mada. (“Kitab Babad Dalem”, manuskrip tentang Raja-raja Bali).
Prajurit Islam ini menikah dengan wanita Bali, dan beranak-pinak disana. Mereka sangat setia membentengi Puri Gelgel – Klungkung. Bahkan meskipun pada akhirnya imperium Majapahit runtuh (1527), tapi Prajurit Islam tetap menjadi tentara elite Kerajaan Gelgel, dari generasi ke generasi. Begitu pula di Kerajaan Buleleng, prajurit Islam membentengi Puri Buleleng dari serangan Raja Mengwi dan Raja Badung dari Kerajaan di Bali Selatan.
Saat ini kita masih dapat saksikan di Bali, keturunan prajurit Islam Majapahit yang telah mencapai ribuan orang Islam asli Bali (mereka menggunakan nama Bali, untuk membedakan dengan muslim pendatang) tepatnya di desa Gelgel, Klungkung dan di desa Pegayaman, Buleleng – 70 km arah utara Denpasar. Mereka adalah penduduk mayoritas di desa-desa kuno tersebut.
Sebelum Gajah Mada (wafat 1364) telah membangun sistem perekrutan satuan tentara elite yang beranggotakan prajurit Islam, dibekali dengan senjata pamungkas, dan berperang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Kedua, Prabu Hayam Wuruk diduga telah mengetahui bahwa Gajah Mada bukan Sudra, melainkan seorang Muslim. Kemungkinan info yang rahasia ini diperoleh dari Ibunda Ratu Tribhuwana
Tunggadewi.
Ini situs yang menjual prasasti kuno milik kerajaan majapahit dan singasari yang harusnya dikembalikan ke Indonesia karena milik rakyat dan sejarah Indonesia :
http://www.louismcwhinnie.com.au/mcwhinnie-collection
Workshop – 2 Hutchinson St. St Peters, N.S.W. 2044 Australia. tel. (02) 95573404
Atau koleksi lain disini harta kerjaan majapahit dibadraol harga tinggi :
http://www.thecranegallery.com/item.php?id=27
Adanya penempatan prajurit Majapahit di Kerajaan Vasal (bawahan) yang terdiri dari 40 prajurit elite beragama Islam di Kerajaan Gelgel-Bali, Wanin Papua, Kayu Jawa Australia Barat, dan Marege-Tanah Amhem (Darwin) Australia Utara pada abad ke 14 memperkuat bukti bahwa Gajah Mada adalah seorang Muslim.
Prajurit Islam ini berasal dari basis Gajah Mada dalam merekrut prajurit elite yang terdiri dari 3 (tiga) kriteria:
Mada, Gondang ( Tenggulun Lamongan ) dan Badander (Jombang) yang diketahui sebagai basis teman teman lama beliau. Dari desa desa ini pemudanya direkrut menjadi Bhayangkara angkatan II dan seterusnya.
Tuban, Leran, Ampel, Sedayu sebagai basis Garda Pantura. Pahang Malaya, Bugis Makasar, dan Pasai sebagai basis tentara Laut Luar Jawa.
Pada masa itu di Jawa Islam telah berbaur sejak abad ke 10 yang dibuktikan dengan penemuan Prasasti nisan Fatimah binti Maimun (wafat 1082 M) di Leran, Gresik yang bertuliskan huruf Arab Kufi. Dan Prasasti Gondang - Lamongan yang ditulis dengan huruf Arab (Jawi) dan huruf Jawa Kuno (Kawi).
Keduanya merupakan peninggalan zaman Airlangga. Sedangkan orang Islam sudah masuk ke Jawa sejak zaman Kerajaan Medang abad ke 7. Islam baru berkembang dengan pesat di Jawa pada abad ke 15, atas peran tak langsung dari politik Gajah Mada, putra desa Mada Lamongan, politikus abad ke 14.
Satuan tentara elite Majapahit sudah dibangun sejak masa Jayanegara (1319), yaitu pasukan kawal raja Bhayangkara, yang dipimpin oleh bekel Gajah Mada. Pada masa selanjutnya satuan elite terus berkembang, terutama pada masa Gajah Mada menjabat sebagai mahapatih amangkubhumi dari tahun 1334 sampai 1359, sejak masa Tribhuwana Tunggadewi hingga masa Hayam Wuruk. Menurut “Hikayat Raja-raja Pasai”, ketika Majapahit menyerang Pasai, dan dipukul mundur (1345), lalu menyerang kembali dan meluluh lantakan istana Sultan Ahmad Malik Az Zahir (1350), Gajah Mada yang juga seorang muslim, membawa tawanan orang Pasai yang terdiri dari para ahli, insinyur lulusan Baghdad, Damaskus dan Andalusia. Sedangkan Sultan Pasai melarikan diri dari istana. Setibanya di Majapahit, Gajah Mada membebaskan tawanan tersebut setelah bernegosiasi dengan Prabu Hayam Wuruk.
Kemudian orang Pasai ini bekerjasama dengan Gajah Mada untuk membangun kejayaan Majapahit. Sebagai balas jasa, Majapahit memberi otonomi kepada Kerajaan Pasai Darussalam, dan menempatkan orang Pasai di komplek elite di ibukota Majapahit Trowulan. Hal ini dibuktikan, pada 1377 Majapahit menghancurkan Kerajaan Budha Sriwijaya dan menguasai seluruh Pulau Sumatera, kecuali Pasai.
“Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu” (Kutipan dari “Hikayat Raja-raja Pasai”).
Dengan adanya orang Pasai yang ahli dalam bidang tempa logam, baik itu baja maupun emas, maka didirikanlah bengkel senjata dan alat pertanian yang sempurna (standar baja Damaskus) , saluran irigasi model Andalusia di Trowulan dan pabrik koin dinar emas Majapahit. Seiring dengan perluasan wilayah Majapahit untuk mewujudkan “Sumpah Palapa”, Gajah Mada membentuk pleton-pleton khusus yang didominasi oleh prajurit Islam.
Prajurit Islam Majapahit di Bali
Penempatan 40 orang prajurit Islam Majapahit di Kerajaan Gelgel – Klungkung, Bali dimulai ketika Raja Gelgel I, Dalem Ketut Ngulesir (1320 – 1400) berkunjung sowan abdi ke Trowulan, tak lama setelah deklarasi pendirian Kerajaan Gelgel tahun 1383. Beliau didampingi oleh Patih Agung, Arya Patandakan dan Kyai Klapodyana (Gusti Kubon Tubuh) yang menghadap Prabu Hayam Wuruk saat upacara Cradha dan rapat tahunan negeri-negeri vasal imperium Majapahit. Ketut Ngulesir memohon dukungan dari Maharaja Majapahit, yang dikabulkan dengan pemberian 1 (satu) unit pleton khusus binaan Almarhum Gajah Mada. (“Kitab Babad Dalem”, manuskrip tentang Raja-raja Bali).
Prajurit Islam ini menikah dengan wanita Bali, dan beranak-pinak disana. Mereka sangat setia membentengi Puri Gelgel – Klungkung. Bahkan meskipun pada akhirnya imperium Majapahit runtuh (1527), tapi Prajurit Islam tetap menjadi tentara elite Kerajaan Gelgel, dari generasi ke generasi. Begitu pula di Kerajaan Buleleng, prajurit Islam membentengi Puri Buleleng dari serangan Raja Mengwi dan Raja Badung dari Kerajaan di Bali Selatan.
Saat ini kita masih dapat saksikan di Bali, keturunan prajurit Islam Majapahit yang telah mencapai ribuan orang Islam asli Bali (mereka menggunakan nama Bali, untuk membedakan dengan muslim pendatang) tepatnya di desa Gelgel, Klungkung dan di desa Pegayaman, Buleleng – 70 km arah utara Denpasar. Mereka adalah penduduk mayoritas di desa-desa kuno tersebut.
Sebelum Gajah Mada (wafat 1364) telah membangun sistem perekrutan satuan tentara elite yang beranggotakan prajurit Islam, dibekali dengan senjata pamungkas, dan berperang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Kedua, Prabu Hayam Wuruk diduga telah mengetahui bahwa Gajah Mada bukan Sudra, melainkan seorang Muslim. Kemungkinan info yang rahasia ini diperoleh dari Ibunda Ratu Tribhuwana
Tunggadewi.
Untuk menghormati almarhum Gajah Mada, beliau tidak mencerai-beraikan
pleton pleton Muslim yang berjumlah 40 orang, karena dalam Madzhab Imam
Syafi’i, syarat minimal untuk mendirikan sholat Jumat adalah 40 orang.
Ketiga, kemampuan tempur 40 orang prajurit Islam dapat menghancurkan 200
sd 400 orang tentara reguler musuh. Karena mereka dibekali kemampuan
militer yang menguasai berbagai jenis senjata. Hal ini dibuktikan dalam
perang mempertahankan Puri Buleleng dari serbuan pasukan gabungan dua
Kerajaan Mengwi dan Badung, yang terletak di Bali Selatan.
Hayam Wuruk kagum atas kesetiaan dan ketetapan janji orang Islam. Mereka tidak terpengaruh godaan harta, wanita dan tahta yang bukan haknya. Mereka tidak pernah mabuk, berjudi, maling dan berzina ( kebiasaan buruk di Majapahit adalah mabuk dan berjudi, serta wanita ). Ketika pleton prajurit Islam Majapahit ini mengawal pulang rombongan Raja Gelgel, Ketut Ngulesir, mereka dibekali oleh Hayam Wuruk berupa puluhan ribu koin cash Cina dan koin Gobog Wayang (koin kepeng tembaga) serta ratusan koin dinar emas Majapahit.Ini sebagai balasan atas penyerahan upeti dari Kerajaan Gelgel Klungkung berupa hasil bumi, hewan ternak dan tangkapan, perhiasan dan kerajinan tangan rakyat Gelgel. Hayam Wuruk berharap, stok koin-koin tersebut mampu merangsang tumbuhnya ekonomi di Gelgel. Sejak saat itu Pura Klungkung dan Pura Buleleng telah akrab dengan koin dinar emas dalam ritual ibadah mereka.
Prajurit Islam Majapahit di Wanin Papua
Saat Prof. JH Kern dan NJ Krom meneliti kitab Nagarakertagama yang ditemukan (dijarah) oleh JLA Brandes dari istana Cakranagara, Lombok (1894). Prof. Kern dan Krom, 1920, mendapati fakta bahwa kekuasaan Majapahit di Papua Barat dibuktikan dengan adanya penempatan prajurit Islam di Wanin – Papua. Berdirinya Kerajaan Wanin di Fak-fak hingga Biak merupakan vasal Majapahit. Sampai sekarang, Raja-raja dan rakyat di Wanin dan Fakfak sangat kental nuansa Islamnya dan sangat fasih menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Hayam Wuruk kagum atas kesetiaan dan ketetapan janji orang Islam. Mereka tidak terpengaruh godaan harta, wanita dan tahta yang bukan haknya. Mereka tidak pernah mabuk, berjudi, maling dan berzina ( kebiasaan buruk di Majapahit adalah mabuk dan berjudi, serta wanita ). Ketika pleton prajurit Islam Majapahit ini mengawal pulang rombongan Raja Gelgel, Ketut Ngulesir, mereka dibekali oleh Hayam Wuruk berupa puluhan ribu koin cash Cina dan koin Gobog Wayang (koin kepeng tembaga) serta ratusan koin dinar emas Majapahit.Ini sebagai balasan atas penyerahan upeti dari Kerajaan Gelgel Klungkung berupa hasil bumi, hewan ternak dan tangkapan, perhiasan dan kerajinan tangan rakyat Gelgel. Hayam Wuruk berharap, stok koin-koin tersebut mampu merangsang tumbuhnya ekonomi di Gelgel. Sejak saat itu Pura Klungkung dan Pura Buleleng telah akrab dengan koin dinar emas dalam ritual ibadah mereka.
Prajurit Islam Majapahit di Wanin Papua
Saat Prof. JH Kern dan NJ Krom meneliti kitab Nagarakertagama yang ditemukan (dijarah) oleh JLA Brandes dari istana Cakranagara, Lombok (1894). Prof. Kern dan Krom, 1920, mendapati fakta bahwa kekuasaan Majapahit di Papua Barat dibuktikan dengan adanya penempatan prajurit Islam di Wanin – Papua. Berdirinya Kerajaan Wanin di Fak-fak hingga Biak merupakan vasal Majapahit. Sampai sekarang, Raja-raja dan rakyat di Wanin dan Fakfak sangat kental nuansa Islamnya dan sangat fasih menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Saat Majapahit runtuh, pada abad ke 16, Kerajaan Wanin bergabung dengan
Kerajaan Ternate Darussalam di Maluku Utara, yang dulunya juga merupakan
bawahan Majapahit. Diperkirakan situs Majapahit di Papua tersebar luas
di Fak-fak, Biak dan Raja Ampat. Keturunan mereka berbeda dengan ras
Papua.
Prajurit Islam Majapahit di Marege – Australia
Menurut Prof. Regina Ganter, sejarawan dari University of Griffith, Brisbane, Australia – belum lama ini meriset suku Aborigin Marege yang berbahasa Melayu Makasar. Marege adalah desa kuno di tanah Arnhem, di daerah Darwin, Australia Utara. Regina mendapatkan fakta yang menakjubkan , bahwa komunitas Muslim kuno Aborigin berasal dari Kerajaan Gowa Tallo, Makasar, sudah ada sejak abad ke 17 (1650 an), dan menyebarkan Islam di Australia Utara hingga ke desa Kayu Jawa di Australia Barat.
Orang Marege hingga hari ini menyebut rupiah untuk kata ganti uang, padahal mata uangnya adalah dollar.
Juga menyebut dinar untuk koin emas Australia. Dahulu sempat ditemukan koin Gobog Wayang di desa Marege Darwin. Padahal koin Gobog merupakan koin resmi Majapahit. Ini menunjukkan adanya jejak prajurit Majapahit abad ke 14 yang dikirim ke Marege, Dalam risetnya, Prof. Regina menuturkan bahwa sejak masa Sultan Hasanuddin (1653-1669) kapal-kapal Pinisi dari Makasar menguasai perairan teluk Carpentaria – Darwin, mereka mencari tripang. Di tanah Arnhem, Marege, orang Makassar berhubungan
dengan suku Aborigin, menikah dan beranak pinak membentuk komunitas Aborigin Muslim. Dalam kebudayaan Marege, nampak jelas mereka menggambar kapal Pinisi Makasar dalam karya seni kuno mereka. Uniknya, kapal bercadik Majapahit pun terpahat dalam seni ukir dan lukis mereka yang berusia ratusan tahun.
Ketika orang Inggris menjajah rayah desa Marege dan desa Kayu Jawa, mereka nyaris menghancurkan budaya Islam suku Aborigin Marege pada abad ke 20 seiring arus Westernisasi di negeri Kanguru. Karya seni Marage banyak yang diboyong ke Eropa. Orang Marege menyebut orang Inggris sebagai ‘Balanda’, sedangkan orang Kayu Jawa menyebutnya ‘Walanda’, dan perang melawan orang Inggris disebut ‘Jihad Kaphe’.
Sesungguhnya kita adalah Bangsa yang besar dan jaya, pernah membangun perdaban Superpower – Nusantara. Mari bersatu, hilangkan egoisme SARA dan sinisme, marilah kita bangkit dan membangun kembali Nusantara dan Menjaga kebesaran NKRI ( negara kesatuan Republik Indonesia ). Jangan pernah rela negara ini dipecah pecah oleh bangsa penjajah modern.
Banyak fakta dan kebenaran yang dikaburkan oleh bangsa asing tentang kejayaan Indonesia dengan kerajaan kerajaan besarnya seperti kerjaaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Banyak bukti dan bekas peninggalan sejarah bumi ini yang telah dijarah bangsa dan warga negara bangsa lain. Jika kita sulit menentukan bekas sebuah kerjaan besar nusantara bisa jadi barang peninggalannya telah diambil semua oelh bangsa penjajah, seandainya masih ada paling sisa candi dan pualan besar seperti borobudur.
Sejarah harus diangkat dan dijernihkan agar akta pendirian negara ini sejak zaman kerajaan tidak musnah, tidak mudah diklaim dan diakui bangsa lain, sudah terpikirkan oleh pendahulu orang orang hebat nusantara meninggalkan prasasti sejarah, tapi kini peninggalan itu telah disimpan oleh penduduk dan negara lain. lihat saja banyak situs penjual barang peninggalan purbakala orang asing yang mengoleksi prasasti kuno negeri ini, prasasti kuno yang menandakan adanya jejak kerajaan besar nusantara.
Sudah seharusnya negara ini menyita semua barang peninggalan negeri ini yang dimiliki bangsa lain, karena prasasti adalah bukti otentik sebuah catatan sejarah dunia tiap negara. Jangan cuma ribut soal politik dalam negeri, negara ini sudah diambang kehancuran jika tidak hati hati. Selamatkan harta negeri ini yang dikuasai negara asing.
Prajurit Islam Majapahit di Marege – Australia
Menurut Prof. Regina Ganter, sejarawan dari University of Griffith, Brisbane, Australia – belum lama ini meriset suku Aborigin Marege yang berbahasa Melayu Makasar. Marege adalah desa kuno di tanah Arnhem, di daerah Darwin, Australia Utara. Regina mendapatkan fakta yang menakjubkan , bahwa komunitas Muslim kuno Aborigin berasal dari Kerajaan Gowa Tallo, Makasar, sudah ada sejak abad ke 17 (1650 an), dan menyebarkan Islam di Australia Utara hingga ke desa Kayu Jawa di Australia Barat.
Orang Marege hingga hari ini menyebut rupiah untuk kata ganti uang, padahal mata uangnya adalah dollar.
Juga menyebut dinar untuk koin emas Australia. Dahulu sempat ditemukan koin Gobog Wayang di desa Marege Darwin. Padahal koin Gobog merupakan koin resmi Majapahit. Ini menunjukkan adanya jejak prajurit Majapahit abad ke 14 yang dikirim ke Marege, Dalam risetnya, Prof. Regina menuturkan bahwa sejak masa Sultan Hasanuddin (1653-1669) kapal-kapal Pinisi dari Makasar menguasai perairan teluk Carpentaria – Darwin, mereka mencari tripang. Di tanah Arnhem, Marege, orang Makassar berhubungan
dengan suku Aborigin, menikah dan beranak pinak membentuk komunitas Aborigin Muslim. Dalam kebudayaan Marege, nampak jelas mereka menggambar kapal Pinisi Makasar dalam karya seni kuno mereka. Uniknya, kapal bercadik Majapahit pun terpahat dalam seni ukir dan lukis mereka yang berusia ratusan tahun.
Ketika orang Inggris menjajah rayah desa Marege dan desa Kayu Jawa, mereka nyaris menghancurkan budaya Islam suku Aborigin Marege pada abad ke 20 seiring arus Westernisasi di negeri Kanguru. Karya seni Marage banyak yang diboyong ke Eropa. Orang Marege menyebut orang Inggris sebagai ‘Balanda’, sedangkan orang Kayu Jawa menyebutnya ‘Walanda’, dan perang melawan orang Inggris disebut ‘Jihad Kaphe’.
Sesungguhnya kita adalah Bangsa yang besar dan jaya, pernah membangun perdaban Superpower – Nusantara. Mari bersatu, hilangkan egoisme SARA dan sinisme, marilah kita bangkit dan membangun kembali Nusantara dan Menjaga kebesaran NKRI ( negara kesatuan Republik Indonesia ). Jangan pernah rela negara ini dipecah pecah oleh bangsa penjajah modern.
Banyak fakta dan kebenaran yang dikaburkan oleh bangsa asing tentang kejayaan Indonesia dengan kerajaan kerajaan besarnya seperti kerjaaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Banyak bukti dan bekas peninggalan sejarah bumi ini yang telah dijarah bangsa dan warga negara bangsa lain. Jika kita sulit menentukan bekas sebuah kerjaan besar nusantara bisa jadi barang peninggalannya telah diambil semua oelh bangsa penjajah, seandainya masih ada paling sisa candi dan pualan besar seperti borobudur.
Sejarah harus diangkat dan dijernihkan agar akta pendirian negara ini sejak zaman kerajaan tidak musnah, tidak mudah diklaim dan diakui bangsa lain, sudah terpikirkan oleh pendahulu orang orang hebat nusantara meninggalkan prasasti sejarah, tapi kini peninggalan itu telah disimpan oleh penduduk dan negara lain. lihat saja banyak situs penjual barang peninggalan purbakala orang asing yang mengoleksi prasasti kuno negeri ini, prasasti kuno yang menandakan adanya jejak kerajaan besar nusantara.
Sudah seharusnya negara ini menyita semua barang peninggalan negeri ini yang dimiliki bangsa lain, karena prasasti adalah bukti otentik sebuah catatan sejarah dunia tiap negara. Jangan cuma ribut soal politik dalam negeri, negara ini sudah diambang kehancuran jika tidak hati hati. Selamatkan harta negeri ini yang dikuasai negara asing.
Ini situs yang menjual prasasti kuno milik kerajaan majapahit dan singasari yang harusnya dikembalikan ke Indonesia karena milik rakyat dan sejarah Indonesia :
http://www.louismcwhinnie.com.au/mcwhinnie-collection
Workshop – 2 Hutchinson St. St Peters, N.S.W. 2044 Australia. tel. (02) 95573404
Atau koleksi lain disini harta kerjaan majapahit dibadraol harga tinggi :
http://www.thecranegallery.com/item.php?id=27